RIYA' MERUPAKAN SYIRIK KECIL
Oleh: Mas Jay
Menurut bahasa
riya’ berarti pamer, memperlihatkan, memamerkan, atau ingin memperlihatkan yang
bukan sebenarnya. Sedangkan menurut istilah riya’ dapat
didefinisikan “memperlihatkan suatu ibadah dan amal shalih kepada orang lain,
bukan karena Allah tetapi karena sesuatu selain Allah, dengan harapan agar
mendapat pujian atau penghargaan dari orang lain.” Sementara
memperdengarkan ucapan tentang ibadah dan amal salehnya kepada orang lain
disebut sum’ah (ingin didengar).
Riya’ dan sum’ah
merupakan perbuatan tercela dan merupakan syirik kecil yang hukumnya haram.
Riya’ sebagai salah satu sifat orang munafik yang seharusnya dijauhi oleh orang
mukmin. Simak QS. An Nisa’ : 142 :
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللّهَ
وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ إِلَى الصَّلاَةِ قَامُواْ كُسَالَى
يُرَآؤُونَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُونَ اللّهَ إِلاَّ قَلِيلاً
Artinya : “Sesungguhnya
orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan
jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud
riya’ ( dengan shalat itu ) dihadapan manusia, dan tidaklah mereka dzkiri
kepada Allah kecuali sedikit sekali.”
Dalam sebuah hadis,
Rasulullah bercerita, ”Di hari kiamat nanti ada orang yang mati syahid
diperintahkan oleh Allah untuk masuk ke neraka. Lalu orang itu melakukan
protes, ‘Wahai Tuhanku, aku ini telah mati syahid dalam perjuangan membela
agama-Mu, mengapa aku dimasukkan ke neraka?’ Allah menjawab, ‘Kamu berdusta
dalam berjuang. Kamu hanya ingin mendapatkan pujian dari orang lain, agar
dirimu dikatakan sebagai pemberani. Dan, apabila pujian itu telah dikatakan
oleh mereka, maka itulah sebagai balasan dari perjuanganmu’.”
Orang yang berjuang
atau beribadah demi sesuatu yang bukan ikhlas karena Allah SWT, dalam agama
disebut riya. Sepintas, sifat riya merupakan perkara yang sepele, namun
akibatnya sangat fatal. Sifat riya dapat memberangus seluruh amal kebaikan,
bagaikan air hujan yang menimpa debu di atas bebatuan. Allah SWT berfirman :
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ
هَبَاء مَّنثُوراً
Artinya : ”Dan Kami
hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan)
debu yang beterbangan”. (QS. Al-Furqan : 23)
Abu Hurairah r.a.
juga pernah mendengar Rasulullah bersabda :
”Banyak orang yang
berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari puasanya itu kecuali lapar dan
dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan shalat malam yang tidak
mendapatkan apa-apa kecuali tidak tidur semalaman.”
Begitu dahsyatnya penyakit
riya ini, hingga pernah seseorang bertanya kepada Rasulullah, ”Apakah
keselamatan itu?” Jawab Rasulullah, ”Apabila kamu tidak menipu Allah.” Orang
tersebut bertanya lagi, ”Bagaimana menipu Allah itu?” Rasulullah menjawab,
”Apabila kamu melakukan suatu amal yang telah diperintahkan oleh Allah dan
Rasul-Nya kepadamu, maka kamu menghendaki amal itu untuk selain Allah.”
Meskipun riya
sangat berbahaya, tidak sedikit di antara kita yang teperdaya oleh penyakit
hati ini. Kini tidak mudah untuk menemukan orang yang benar-benar ikhlas
beribadah kepada Allah tanpa adanya pamrih dari manusia atau tujuan lainnya,
baik dalam masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan. Meskipun kadarnya
berbeda-beda antara satu dan lainnya, tujuannya tetap sama: ingin menunjukkan
amaliyahnya, ibadah, dan segala aktivitasnya di hadapan manusia.
Secara tegas
Rasulullah pernah bersabda, ”Takutlah kamu kepada syirik kecil.” Para shahabat
bertanya, ”Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan syirik kecil?” Rasulullah
berkata, ”Yaitu sifat riya. Kelak di hari pembalasan, Allah mengatakan kepada
mereka yang memiliki sifat riya, ‘pergilah kalian kepada mereka, di mana kalian
pernah memperlihatkan amal kalian kepada mereka semasa di dunia. Lihatlah
apakah kalian memperoleh imbalan pahala dari mereka’
Antara amal
perbuatan yang diredhai oleh Allah dengan amal perbuatan riya’ dapat dibedakan
sebagai berikut :
Amal perbuatan yang
diridhai Allah
1)
Niat karena Allah
2)
Ikhlas
3)
Sesuai dengan kemampuan
4)
Tidak pilih kasih
5)
Rahmat bagi seluruh alam
Amal perbuatan
riya’
1)
Niat bukan karena Allah
2)
Tidak ikhlas
3)
Mengada-ada
4)
Pilih kasih
5)
Ingin dipuji
6)
Mengharap imbalan
Dilihat dari
bentuknya, ria dapat digolongkan 2 macam, yaitu :
a. Ria dalam niat
Ria yang berkaitan
dengan hati, maksud ria dalam niat, yaitu sejak awal perbuatan bahkan yang
dilakukannya tidak didasari ikhlas sebelumnya sudah didasari ria. Yang
mengetahui hanya Allah SWT dan dirinya saja. Apabila seseorang ingin melakukan
amal perbuatan baik atau tidak tergantung pada niat. Rasulullah Saw. bersabda :
ﺳَﻤِﻌْﺖُﻋُﻤَﺮَﭐﺑْﻦَﭐﻟْﺨَﻄﱠﺎﺏﻗَﺎﻝَﻋَﻠَﻰﭐﻟْﻤِﻨْﺒَﺮﺳَﻤِﻌْﺖُﺭَﺳُﻮْﻝَﺹﻉﻳَﻘُﻮْﻝُِِﺇِﻧﱠﻤَﺎﺍْﻻَﻋْﻤَﺎﻝُﺑِﺎﻟﻨﱢﻴﱠﺎﺕِﻭَﺇِﻧﱠﻤَﺎﻟِﻜُﻞﱢﺍﻣْﺮِﺉٍﻣَﺎﻧَﻮَﻯ
( متفق عليه)
Artinya : “aku
mendengar Umar bin al Khaththab berkata di atas mimbar, ‘aku mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung
niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang ia
niatkan”. (H.R.Bukhari Muslim)
b. Ria dalam
perbuatan
Yaitu memamerkan
atau menunjukkan perbuatan di depan orang banyak, agar perbuatan tersebut
dipuji, diperhatikan, dan disanjung orang lain.
Di antara contoh
riya dalam perbuatan, bila seorang pelajar terlihat belajar dengan
sungguh-sungguh hanya karena ingin mendapat nilai yang bagus. Dan dia melakukan
hal itu kepada orang tuanya hanya karena ingin mendapatkan apa yang dia minta
dari orang tuanya cepat-cepat terkabul.
Beberapa penjelasan
Allah SWT dalam Al Qur’an sehubungan dengan riya’ dalam perbuatan antara lain :
a). Melakukan
ibadah shalat tidak untuk mencapai keridlaan Allah SWT, tetapi mengaharapkan
pujian, popularitas di masyarakat. Allah berfirman dalam Q.S.Al Ma’un: 4-6 :فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ.
الَّذِينَ هُمْ يُرَاؤُونَ
Artinya : “Maka
celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya, orang-orang yang berbuat riya”.
b). Bersedekah
didasari riya laksana riya’ batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu
itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih. Firman Allah dalam Q.S. Al
Baqarah : 264 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم
بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ وَلاَ
يُؤْمِنُ
بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ
عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْداً لاَّ يَقْدِرُونَ
عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ
الْكَافِرِينَ
Artinya : Wahai
orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang
menginfakkan hartanya karena ria (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman
kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin
yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka
tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari
apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
kafir.
c). Allah melarang
pergi berperang didasari riya’ dan menghalangi (orang) lain menempuh jalan
Allah (sabilillah). Allah berfirman dalam Q.S. Al Anfaal : 47 :
وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ خَرَجُواْ مِن دِيَارِهِم بَطَراً
وَرِئَاء النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللّهِ وَاللّهُ بِمَا
يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
Artinya : Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan
rasa angkuh dan ingin dipuji orang (ria) serta menghalang-halangi (orang) dari
jalan Allah. Allah meliputi segala yang mereka kerjakan.
Beberapa ciri orang
yang mempunyai sifat riya’ dalam perbuatan :
1)
Tidak akan berbuat baik jika tidak dilihat orang lain atau
tidak ada imbalan baginya
2)
Melakukan amal saleh tanpa dasar, hanya ikut-ikutan.
3)
Tampak rajin penuh semangat jika amal perbuatannya dilihat
atau dipuji-puji orang.
4)
Ucapannya selalu menunjukkan bahwa dia yang paling hebat,
paling tinggi dan paling mampu.
Bahaya-bahaya yang ditimbulkan dari sikap
riya’ adalah :
a. Terhadap diri
sendiri :
1)
Selalu tidak ada puasnya, sekalipun hidupnya sudah
berkecukupan sehingga berpotensi untuk korupsi dan mengambil hak orang lain
2)
Selalu ingin dipuji dan dihormati
3)
Ketidakpuasan, sakit hati dan penyesalan ketika lain tidak
dihargai.
4)
Sombong dan membanggakan diri
5)
Tidak dapat bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah
dan dalam berinteraksi dengan sesama manusia.
6)
Menyesal jika telah melakukan perbuatan baik hanya karena
tidak ada orang lain yang melihatnya atau tidak ada imbalannya
7)
Jiwanya akan terganggu karena kegelisahan/keluh kesah yang
tiada henti
8)
Di akhirat akan dicampakkan ke dalam api neraka.
b. Terhada orang
lain
1) Berpotensi saling
bermusuhan, karena ia mengungkit apa yang yang diberikannya kepada orang
lain.
2) Memamerkan amalnya
kepada orang lain, sehingga orang lain menjadi benci dan tidak senang
terhadapnya
3) Sikap dan
perilakunya yang ria akan berpotensi menimbulkan pertikaian dan akhirnya menimbulkan
pengrusakan
Tanda-tanda riya’
Tanda-tanda
penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib. Kata beliau,
”Orang yang riya itu memiliki tiga ciri, yaitu malas beramal ketika sendirian
dan giat beramal ketika berada di tengah-tengah orang ramai, menambah
amaliyahnya ketika dirinya dipuji, dan mengurangi amaliyahnya ketika dirinya
dicela.”
Kebiasaan yang
dapat menghindari perbuatan riya
1) Memfokuskan niat
ibadah (ikhlas) hanya semata-mata karena Allah SWT
2) Membiasakan diri
membaca basmallah sebelum memulai pekerjaan
3) Membiasakan menjaga
lisan saat bekerja
4) Membiasakan diri
menolong atau membantu pekerjaan orang lain tanpa harus disuruh, dan meminta
imbalan
5) Membiasakan
bersedekah atau mengeluarkan infaknya setiap mendapat rezeki atas kesenangan
6) Membiasakan diri
untuk bersyukur kepada Allah SWT
Allah SWT berfirman
:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ
وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya : “Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
(Q.Ibrahim : 7)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar