Oleh : Mas Jay
Ada
ungkapan bahasa jawa mengatakan “saiki
jaman edan, yen ora edan bakal ora keduman”, benarkah demikian?. Begitulah beberapa petikan sabda
dari ramalan Prabu Jayabaya akan kondisi dimasa yang datang setelah
kepergiaannya keharibaan sang pencipta. Kondisi ini akan dialami oleh umat
manusia pada saat zaman Kalabendu (zaman malapetaka atau huru-hara) telah
datang. Untuk dapat melihat apakah zaman Kalabendu seperti yang telah
diramalkan oleh sang Pujangga Nusantara tersebut sudah hadir atau belum,
silahkan perhatikan beberapa petikan lain dari ramalan Prabu Jaya:
Banjir bandang ana ngendi-endi, gunung
njeblug tan anjarwani, tan angimpeni, gehtinge kepathi-pati marang pandhita
kang oleh pati geni, marga wedi kapiyak wadine sapa sira sing sayekti; (banjir bandang dimana-mana, gunung meletus
tidak dinyana-nyana, tidak ada isyarat dahulu sangat benci terhadap pendeta
yang bertapa, tanpa makan dan tidur, karena takut bakal terbongkar rahasianya
siapa anda sebenarnya)
Pancen
wolak-waliking jaman, amenangi jaman edan, ora edan ora kumanan, sing waras
padha nggagas, wong tani padha ditaleni, wong dora padha ura-ura, beja-bejane
sing lali,
isih beja kang eling lan waspadha; (sungguh zaman gonjang-ganjing, menyaksikan zaman gila, tidak ikut gila tidak dapat bagian, yang sehat pada olah pikir, para petani dibelenggu
para pembohong bersuka ria, beruntunglah bagi yang lupa, masih beruntung yang ingat dan waspada)
isih beja kang eling lan waspadha; (sungguh zaman gonjang-ganjing, menyaksikan zaman gila, tidak ikut gila tidak dapat bagian, yang sehat pada olah pikir, para petani dibelenggu
para pembohong bersuka ria, beruntunglah bagi yang lupa, masih beruntung yang ingat dan waspada)
Ratu ora netepi janji, musna
kuwasa lan prabawane, akeh omah ndhuwur kuda, wong padha mangan wong, kayu gligan
lan wesi hiya padha doyan, dirasa enak kaya roti bolu, yen wengi padha ora bisa
turu; (raja tidak menepati janji, kehilangan
kekuasaan dan kewibawaannya, banyak rumah di atas kuda, orang makan sesamanya, kayu
gelondongan dan besi juga dimakan, katanya enak serasa kue bolu, malam hari
semua tak bisa tidur)
Sing edan padha bisa dandan, sing
ambangkang padha bisa, nggalang omah gedong magrong-magrong; (yang gila dapat berdandan, yang membangkang
semua dapat, membangun rumah, gedung-gedung megah)
Wong dagang barang sangsaya laris,
bandhane ludes, akeh wong mati kaliren gisining panganan, akeh wong nyekel
bendha ning uriping sengsara: (orang
berdagang barang makin laris tapi hartanya makin habis, banyak orang mati
kelaparan di samping makanan, banyak orang berharta namun hidupnya sengsara)
Wong waras lan adil uripe ngenes
lan kepencil, sing ora abisa maling digethingi, sing pinter duraka dadi kanca, wong
bener sangsaya thenger-thenger, wong salah sangsaya bungah, akeh bandha musna
tan karuan larine, akeh pangkat lan drajat padha minggat tan karuan sebabe; (orang waras dan adil hidupnya memprihatinkan
dan terkucil, yang tidak dapat mencuri dibenci, yang pintar curang jadi teman, orang
jujur semakin tak berkutik, orang salah makin pongah, banyak harta musnah tak
jelas larinya, banyak pangkat dan kedudukan lepas tanpa sebab)
Bumi sangsaya suwe sangsaya
mengkeret, sakilan bumi dipajeki, wong wadon nganggo panganggo lanang, iku
pertandhane yen bakal nemoni wolak-walike zaman; (bumi semakin lama semakin sempit, sejengkal tanah kena pajak, wanita
memakai pakaian laki-laki, itu pertanda bakal terjadinya zaman gonjang-ganjing)
Akeh wong janji ora ditepati, akeh
wong nglanggar sumpahe dhewe, manungsa padha seneng ngalap, tan anindakake
hukuming Allah, barang jahat diangkat-angkat, barang suci dibenci ; (banyak orang berjanji diingkari, banyak
orang melanggar sumpahnya sendiri, manusia senang menipu, tidak melaksanakan
hukum Allah, barang jahat dipuja-puja, barang suci dibenci)
Akeh wong ngutamakake royal, lali
kamanungsane, lali kebecikane, lali sanak lali kadang
akeh bapa lali anak, akeh anak mundhung biyung, sedulur padha cidra, keluarga padha curiga
kanca dadi mungsuh, manungsa lali asale; (banyak orang hamburkan uang, lupa kemanusiaan, lupa kebaikan, lupa sanak saudara, banyak ayah lupa anaknya, banyak anak mengusir ibunya, antar saudara saling berbohong, antar keluarga saling mencurigai, kawan menjadi musuh, manusia lupa akan asal-usulnya)
akeh bapa lali anak, akeh anak mundhung biyung, sedulur padha cidra, keluarga padha curiga
kanca dadi mungsuh, manungsa lali asale; (banyak orang hamburkan uang, lupa kemanusiaan, lupa kebaikan, lupa sanak saudara, banyak ayah lupa anaknya, banyak anak mengusir ibunya, antar saudara saling berbohong, antar keluarga saling mencurigai, kawan menjadi musuh, manusia lupa akan asal-usulnya)
Ukuman ratu ora adil, akeh pangkat
jahat jahil, kelakuan padha ganjil, sing apik padha kepencil, akarya apik
manungsa isin, luwih utama ngapusi: (hukuman
raja tidak adil
banyak yang berpangkat, jahat dan jahil, tingkah lakunya semua ganjil, yang baik terkucil
berbuat baik manusia malah malu, lebih mengutamakan menipu)
banyak yang berpangkat, jahat dan jahil, tingkah lakunya semua ganjil, yang baik terkucil
berbuat baik manusia malah malu, lebih mengutamakan menipu)
Wanita nglamar pria, isih bayi
padha mbayi, sing pria padha ngasorake drajate dhewe; (wanita melamar pria, masih muda sudah beranak, kaum pria merendahkan
derajatnya sendiri)
Wong golek pangan pindha gabah den
interi, sing kebat kliwat, sing kasep kepleset, sing gedhe rame, gawe sing
cilik keceklik, sing anggak ketenggak, sing wedi padha mati, nanging sing
ngawur padha makmur, sing ngati-ati padha sambat kepati-pati; (tingkah laku orang mencari makan seperti
gabah ditampi, yang cepat mendapatkan, yang lambat terpeleset, yang besar
beramai-ramai membuat yang kecil terjepit, yang angkuh menengadah, yang takut
malah mati, namun yang ngawur malah makmur, yang berhati-hati mengeluh setengah
mati)
Dari beberapa petikan ramalan Prabu
Jayabaya diatas, silahkan sidang pembaca menafsirkan sendiri, apakah
kondisi-kondisi seperti diramalkan diatas, hari ini sedang terjadi dan kita
hadapi dalam realitas kehidupan nyata masyarakat bangsa kita.
Mari kita kaitkan kondisi masyarakat
kita sekarang dengan syariat islam. Kita semua perlu tahu bahwa aktivitas organ tubuh tidak ada artinya tanpa
adanya niat dari hati. Oleh sebab itu, hati kelak akan dipersoalkan dan
dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah.
Manusia adalah makhluk istimewa dibandingkan
makhluk lainnya. Di antara keistimewaan itu manusia diberi hati. Hati inilah
yang nanti akan memberikan komando perintah dan larangan, serta bergerak dan
diamnya seluruh organ tubuhnya. Organ tubuh hanyalah pasukan yang siap selalu
menanti instruksi dari sang pemimpin. Semua organ tubuh berada di bawah
perbudakan hati dan di bawah kehendaknya. Dari hatilah manusia berada di atas
jalan yang benar, dan penyimpangan itu berasal.
Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Ketahuilah bahwa di dalam tubuh terdapat segumpal darah. Jika ia baik maka
baik pula seluruh tubuh, jika rusak, buruk pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah,
dia itu adalah hati.”
Seorang ulama mengatakan tentang hati ini: “Jisim yang sangat
halus, terletak di dalam hati yang berupa daging, seperti menempelnya sifat
pada benda yang disifatinya.”
Dari pengertian di atas dapatlah dipahami bahwa hati yang
dimaksud bukanlah semata hati jasmani berupa segumpal daging, yang berbentuk
bulat memanjang, berisikan rongga-rongga, dan mengandung darah hitam. Melainkan
sesuatu yang sangat abstrak yang tak mudah ditembus oleh kekuatan indrawi. Ia
merupakan ihwal ruhaniah.
Setiap kita wajib mensyukuri atas nikmat dianugerahkannya
hati serta meyakini keagungan di balik penciptaan Tuhan ini. Dengan hati inilah
manusia berada pada tingkatan paling tinggi dibanding makhluk lainnya.
Firman-Nya, “Sungguh telah kami jadikan manusia dalam
bentuk yang baik.” (QS.At-Tin: 4)
Namun pada sisi lain nilai manusia lebih hina dan lebih buruk
daripada binatang, sebagaimana firman-Nya:“Dan sesungguhnya kami jadikan
untuk isi nereka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai
hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak bahkan
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf:
179)
Semua aktivitas organ tubuh tidak ada artinya tanpa adanya
niat dari hati. Oleh sebab itu, hati kelak akan dipersoalkan dan dimintai
pertanggungjawabannya. Karena setiap pemimpin akan ditanyai perihal
kepemimpinannya.
Secara obyektif, hati menyadari hakikat ketulusan dan kepalsuan.
Bagaimana pun keadaan sebuah amal yang dilakukan, maka hati yang mengetahui
kapasitas amal itu. Sebab hati akan selalu menempati posisi yang pertama
menanggung berbagai resiko dari seluruh perbuatan yang dilakukan. Karena
hakikat kejujuran berupa kebaikan atau keburukan, kesenangan atau kesusahan,
berada dan berkisar dalam hati. Ada pepatah mengatakan, “hati tak pernah
berbohong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar