Kamis, 15 Maret 2018

KEMANA ARAH DUNIA PENDIDIKAN KITA?



PENDIDIKAN DI INDONESIA
Oleh : Mas Jay

Indonesia merupakan negara yang mutu pendidikannya masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain bahkan sesama anggota negara ASEAN pun kualita SDM bangsa Indonesia masuk dalam peringkat yang paling rendah. Hal ini terjadi karena pendidikan di Indonesia belum dapat berfungsi secara maksimal. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia harus segera diperbaiki agar mampu melahirkan generasi yang memiliki keunggulan dalam berbagai bidang supaya bangsa Indonesia dapat bersaing dengan bangsa lain dan agar tidak semakin tertinggal karena arus global yang berjalan cepat.
     Untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia diperlukan sistem pendidikan yang responsif terhadap perubahan dan tuntutan zaman. Perbaikan itu dilakukan mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus menggunakan sistem pendidikan dan pola kebijakan yang sesuai dengan keadaan Indonesia.
     Masa depan suatu bangsa sangat tergantung pada mutu sumber daya manusianya dan kemampuan peserta didiknya untuk menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Hal tersebut dapat kita wujudkan melalui pendidikan dalam keluarga, pendidikan masyarakat maupun pendidikan sekolah.
     Saat ini pendidikan sekolah wajib di terima oleh seluruh masyarakat Indonesia, karena dengan mengenyam pendidikan kita dapat mengikuti arus global dan dapat mengejar ketertinggalan kita dari bangsa lain. Namun dalam kenyataannya sekarang ini masih banyak orang yang belum dapat mengenyam pendidikan sekolah karena faktor ekonomi. Akan tetapi di dalam era global ini, hal tersebut tidak boleh terjadi karena akan menghambat perkembangan SDM dan bangsa pada umumnya. Maka dari itu, pemerintah Indonesia harus mengambil kebijakan yang dapat mengatasi masalah tersebut.

 Sistem Pendidikan yang di Anut di Indonesia
     Indonesia sekarang menganut sistem pendidikan nasional. Namun, sistem pendidikan nasional masih belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Ada beberapa sistem di Indonesia yang telah dilaksanakan, di antaranya:
a)      Sistem Pendidikan Indonesia yang berorientasi pada nilai. Sistem pendidikan ini telah diterapkan sejak sekolah dasar. Disini peserta didik diberi pengajaran kejujuran, tenggang rasa, kedisiplinan, dsb. Nilai ini disampaikan melalui pelajaran Pkn, bahkan nilai ini juga disampaikan di tingkat pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
b)      Indonesia menganut sistem pendidikan terbuka. Menurut sistem pendidikan ini, peserta didik di tuntut untuk dapat bersaing dengan teman, berfikir kreatif dan inovatif
c)      Sistem pendidikan beragam. Di Indonesia terdiri dari beragam suku, bahasa, daerah, budaya, dll. Serta pendidikan Indonesia yang terdiri dari pendidikan formal, non-formal dan informal.
d)     Sistem pendidikan yang efisien dalam pengelolaan waktu. Di dalam KBM, waktu di atur sedemikian rupa agar peserta didik tidak merasa terbebani dengan materi pelajaran yang disampaikan karena waktunya terlalu singkat atau sebaliknya.
e)      Sistem pendidikan yang disesuaikan dengan perubahan zaman. Dalam sistem ini, bangsa Indonesia harus menyesuaikan kurikulum dengan keadaan saat ini. Oleh karena itu, kurikulum di Indonesia sering mengalami perubahan / pergantian dari waktu ke waktu, hingga sekarang Indonesia menggunakan kurikulum KTSP.

Problem di Bidang Pendidikan
Problem yang dihadapi bangsa Indonesia di bidang pendidikan mencakup tiga pokok proble, yaitu: 
1)      Pemerataan Pendidikan
Saat ini bangsa Indonesia masih mengalami di bidang pemerataan pendidikan. Hal tersebut dikarenakan pendidikan di Indonesia hanya dapat dirasakan oleh kaum menengah ke atas. Agar pendidikan di Indonesia tidak semakin terpuruk, maka pemerintah harus mengambil kebijakan yang tepat. Misalnya, adanya kebijakan wajib belajar 9 tahun. Kebijakan ini dilaksanakan dari mulai bangku SD hingga SMP. Pemerintah membuat kebijakan dengan meratakan tenaga pendidik di setiap daerah.
2)      Biaya pendidikan
Keadaan ekonomi Indonesia yang semakin terpuruk berdampak pula pada pendidikan di Indonesia. Banyak sekali anak yang tidak dapat mengenyam pendidikan karena biaya pendidikan yang mahal. Maka dari itu,  agar bangsa Indonesia tidak semakin terbelakang, Pemerintah mulai mengeluarkan dana BOS, yang diberikan kepada peserta didik di SD dan SMP. Hal tersebut dilakukan dengan membebaskan biaya SPP atau membuat kebijakan free-school bagi pendidikan dasar. Dengan dikeluarkan kebijakan tersebut, di harapkan semua pendidikan dapat dirasakan di semua kalangan masyarakat Indonesia.
3)      Kualitas Pendidikan
Selain kedua masalah tersebut, permasalahan yang paling mendasar adalah masalah mutu pendidikan. Karena sekarang ini pendidikan kita masih jauh tertinggal jika di bandingkan dengan negara-negara lain. Hal tersebut di buktikan dengan banyaknya tenaga pendidik yang mengajar namun tidak sesuai dengan bidangnya. Selain itu, tingkat kejujuran dan kedisiplinan peserta didik masih rendah. Contohnya: dengan adanya kecurangan-kecurangan yang dilakukan saat mengikuti Ujian Nasional peserta didik cenderung pilih mendapat jawaban secara instan, misalnya dengan membeli jawaban soal UN. Oleh karena itu, mutu pendidikan harus diperbaiki, maka pemerintah membuat kebijakan yang berupa peningkatan mutu pendidik. Yang dilakukan dengan cara mengevaluasi ulang tenaga pendidik agar sesuai dengan syarat untuk menjadi pendidik. Selain itu, pemerintah harus meningkatkan sarana dan prasarana, misalnya memperbaiki fasilitas gedung, memperbanyak buku, dll. 
     
      Pendidikan sangat penting pengaruhnya bagi suatu bangsa. Tanpa adanya pendidikan, maka bangsa tersbut akan tertinggal dari bangsa lain. Sepeti halnya juga bangsa Indonesia, pendidikan merupakan salah satu upaya yang dibutuhkan untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa lain khususnya bangsa-banga ASEAN. Maka pendidikan Indonesia harus diperbaiki, baik dari segi sistem pendidikan maupun sarana prasarana.
     Indonesia terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Saat ini pemerintah mulai memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia dengan membuat berbagai kebijakan dan merubah sistemnya. Pendidikan Indonesia saat ini menggunakan sistem nasional yang meliputi sistem terbuka, sistem yang berorientasi pada nilai, sistem pendidikan yang beragam, sistem pendidikan yang disesuaikan dengan perubahan zaman dan sistem pendidikan yang efektif dan efisien. Untuk menjalankan sistem tersebut, pemerintah mengeluarkan sistem wajib belajar 9 tahun yang ditujukan untuk peserta didik SD dan SMP, adanya free-school. Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu yang disesuaikan dengan keadaan pendidikan sekarang, memperbaiki sarana-prasarana, mengevaluasi kinerja tenaga pendidik dll. Dengan adanya upaya pendidikan di Indonesia dapat lebih baik agar bangsa Indonesia dapat mengimbangi negara lain terutama negara-negara ASEAN.

Setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ini adalah momentum yang sangat tepat untuk melihat refleksi pendidikan di Indonesia saat ini.
Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas ditetapkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 316 Tahun 1959. Meski ditetapkan pada tahun 1959, peringatan Hardiknas secara efektif mulai dilaksanakan pada tahun 1967. Kala itu pengakuan besar atas jasa Ki Hadjar Dewantara dalam melaksanakan sistem pendidikan nasional dinyatakan oleh Presiden Soeharto. Ki Hadjar Dewantara sesungguhnya memiliki pandangan yang berbeda dengan sistem pendidikan nasional yang kita jalankan saat ini. Saat ini kita lebih banyak mencontoh dan mengacu pada sistem pendidikan negara lain. Padahal, Ki Hadjar Dewantara dahulu menginginkan sistem pendidikan kita berakar dari budaya, kebiasaan dan norma Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Lalu apakah sistem pendidikan di Indonesia saat ini adalah salah? Belum tentu. Karena tentu saja sistem pendidikan juga harus mengikuti arus dan perkembangan zaman. Namun tetap harus berpacu pada benang merah, tujuan dan arah, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan yang tertuang pada Pembukaan Undang-Undang 1945.
Pandangan-pandangan tentang pendidikan di Indonesia kemudian menjadi beragam. Banyak sekali yang menuangkan ide, gagasan serta pemikiran, termasuk Kompasianer. Dan berikut ini adalah beberapa pandangan perihal pendidikan di Indonesia yang kami kumpulkan sejak tahun lalu.

Tampaknya permasalahan pendidikan masih saja mewarnai kehidupan masyarakat Indonesia. Jangankan fasilitas dan prasarana, pendidikan budi pekerti dan kualitas SDM masih saja kurang. Memang, apa yang disurvei di salah satu lembaga di dunia yang mengatakan, "Kualitas pendidikan Indonesia, terburuk di dunia" telah terbukti dan benar adanya.
Itulah sebuah pandangan yang dilontarkan Nahariyha Dewiwiddie pada sebuah artikel yang ia tulis setahun lalu. Ia melihat bahwa kualitas pendidikan yang buruk ini menghasilkan orang yang kerap bertindak kriminal.
Menurut Dewi, ada beberapa penyebab yang melandasi hal ini. Pertama, pembatalan kurikulum 2013 dan nasib program pendidikan karakter. Pada Kurikurum 2013, para siswa tidak hanya dituntut untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, ada penyisipan pendidikan karakter yang didasarkan oleh nilai-nilai baik dan luhur yang diwariskan nenek moyang.
Memang tepat, mengingat saat ini generasi muda Indonesia sedang berada dalam 'masa-masa' kritis karena kemerosotan moral. Namun setelah diterapkan beberapa tahun, kurikulum ini dibatalkan dan kembali ke KTSP.
Kedua, media yang tidak lagi dipercaya. Yang tidak kalah pentingnya, pengaruh media sudah merasuki pengaruh anak-anak dan remaja saat ini. Sedikit sekali tayangan yang menawarkan pendidikan edukatif untuk anak dan remaja di masa sekarang, bahkan lebih buruk dari era sebelumnya.
Sebenarnya inilah yang menjadi tantangan bagi stasiun televisi yang menawarkan sisi edukasi. Tidak hanya pada nilai pendidikan dan kebudayaan tetapi juga karakter bangsa yang baik di setiap tayangannya.
Ketiga, menjadi guru dan orang tua berarti harus menjadi panutan. Tantangan guru di era modern ini semakin berat. Para guru di zaman sekarang harus serba bisa, tidak hanya memiliki pengetahuan yang luas, mengoperasikan komputer, bisa menulis, dan lain sebagainya.
Konsep pendidikan di zaman sekarang, tidak seperti pendidikan pada zaman dahulu. Itulah hakikat guru yang sebenarnya, digugu lan ditiru. Begitu pula dengan orang tua. Tantangan dan tugas orang tua tidak kalah pentingnya dengan para guru.

Nopa Ariansyah memiliki sebuah pandangan. Menurutnya, ketika kita sering mendengar dari orang-orang tua bahwa kita harus sekolah yang pintar dan sekolah yang tinggi agar suatu saat kita bisa menjadi orang, menjadi manusia. Agak menggelikan sedikit dalam pikirannya.
Pendidikan memang merupakan kegiatan utama dalam proses humanisasi. Manusia dilahirkan untuk selalu berkembang di lingkungannya. Berbeda dengan hewan yang harus menerima nasib dilahirkan seperti itu lalu menyesuaikan diri dengan habitatnya.
Merunut dari pendapat para ahli pendidikan bahwasannya memang kita dilahirkan sebagai manusia, namun belum dianggap sebagai manusia yang seutuhnya. Kita harus menjalani proses pemanusiaan manusia, humanisasi.
Proses humanisasi sangat berkaitan dengan pembentukan karakter dan budaya pada diri seseorang menjadi seorang manusia seutuhnya.
Memang kita ditakdirkan hidup untuk memenuhi kebutuhan hidup, kebutuhan hidup akan terpenuhi bila kita bekerja. Untuk mendapatkan pekerjaan yang layak kita membutuhkan pendidikan yang tinggi.
Mengutip pendapat dari Buya Hamka yang mengatakan bahwa, “Kalau hidup hanya sekadar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja cuma sekadar bekerja, kera juga bekerja”. Yang jadi pembeda adalah mereka tidak berpendidikan.

Bangsa yang dibangun dengan semangat gotong royong ini akhirnya terdegradasi secara moral dengan perilaku individualistis bernama korupsi. Tapi mungkinkah awal mula budaya korupsi ini muncul akibat keberadaan VOC yang memonopoli dan menjadi bagian hidup manusia selama hampir 200 tahun?
Pertanyaan ini muncul dalam benak Muhammad Haidar Razan kala melihat moral bangsa ini yang semakin tergerus karena tindakan korupsi. Memang tidak ada yang bisa memastikan, namun menurut Haidar ada satu hal yang pasti. Perilaku apapun sangat mungkin untuk dicontoh dan dijadikan bagian dari kehidupan kita.
Melihat pelaksanaan pendidikan saat ini, guru masih sangat sulit untuk bertransisi. Dari guru yang pedagogik menjadi guru yang mampu memancing minat belajar aktif anak. Guru masih menyisakan paradigma bahwa mereka lah sumber segala jenis ilmu dan ini adalah sebuah kesalahan.
Sistem pendidikan satu arah dan meninggalkan anak menjadi pasif adalah sebuah kesalahan besar. Menurut Haidar, ini adalah alasan pertama mengapa sistem pendidikan yang ada kala itu memicu perilaku korupsi. Metode pendidikan yang diterapkan di sekolah membuat anak-anak tidak dibiarkan bertanggung jawab dengan pilihannya.
Alasan kedua adalah pelaksanaan evaluasi pendidikan di sekolah itu sendiri memberikan contoh korup. Target yang telah di-set oleh pemerintah daerah untuk akreditasi pendidikannya tidak sejalan dengan kapabilitas dari guru dan murid.
Pada saat SMA, bahkan guru-guru dan pihak sekolah lah yang telah mengoordinir sumber jawaban UN dan mengakomodasi iuran per bulan untuk membeli kunci jawaban itu kepada seluruh siswa kelas SMA.
Alasan ketiga adalah praktik dari pengadaan pendidikan itu sendiri memberikan contoh korup. Pengadaan buku yang belum merata dan tidak sampai-sampai ke seluruh sekolah, perilaku pihak percetakan yang mencari kesempatan di tengah kesempitan meraup untung dengan menerbitkan buku dan pelatihan guru yang terkesan dipaksakan menimbulkan kesan acak-acakan dan dugaan-dugaan yang negatif.
Kita butuh untuk mengetahui alasan mengapa seseorang melakukan korupsi karena dari situ kita dapat melakukan metode pencegahan dan perbaikan. Untuk dapat menemukan alasan, kita harus mengetahui latar belakang apa yang mendasarinya. Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi perilaku koruptif seseorang dan itu akan sangat sulit jika ditelisik satu per satu.

Cita rasa dunia pendidikan yang disuguhkan untuk kita hari ini terasa begitu hambar. Dari berubahnya takaran, resep, hingga adanya pengurangan bumbu-bumbu orientalis membuat pendidikan kita berubah bentuk dari warna dan rasanya. Pendidikan kita begitu dingin hingga membuat lidah menjadi cepat ngilu dan kaku.
Itulah yang diutarakan Dhimas Kaliwattu dalam ulasannya. Ia menilai ada banyak sekali permasalahan pendidikan di Indonesia. Mulai dari mahalnya biaya pendidikan hingga tidak jelasnya model dan arah pendidikan yang kini diselenggarakan.
Bahkan ia menilai, pendidikan kita memang terbang tinggi, meroket sendirian dan meninggalkan anak-anak yang ingin meraihnya.
Pendidikan yang sekarang sangat jauh dari nilai ketimuran. Moralitas serta kebijaksanaannya menurun drastis. Bahkan berdasarkan data yang didapat Dhimas dari Litbang Kompas, banyak orang tua yang mengeluhkan anaknya ternyata susah diatur dan sangat mudah membangkang. Artinya ada yang salah dari sistem pendidikan kita.
Guru adalah posisi krusial dalam pendidikan. Oleh karena itu kesejahteraan guru harus diperhatikan. Namun kesejahteraan guru tampaknya masih jauh dari harapan. Banyak guru yang pagi mengajar, sore ngojek dan malam berjualan. Masih banyak guru yang tidak mendapat kesejahteraan yang layak.
Dalam rangka mengisi ruang-ruang kemerdekaan dan masa pembangunan indonesia, maka harus dilipatgandakanlah semangat juang si-guru tersebut.
Pendidik kita harus dibekali dengan iman dan ilmu yang kemudian mengamalkan dengan ikhlas pada didiknya. Guru harus berupaya agar anak yang dididiknya lebih pintar dan lebih hebat dari dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar