Pentingnya Pendidikan Budi Pekerti
Oleh : Mas Jay
Apakah Budi Pekerti?
Budi dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia bermakna alat batin yang merupakan paduan akal dan
perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Pekerti bermakna perangai/
tabiat/ akhlak/ watak/ tingkah laku/ atau kesopanan.
Berdasarkan batasan itu, budi pekerti bermakna sebagai
etika, akhlak, moral, tata nilai yang diyakini kebenarannya sebagai dasar
pertimbangan seseorang bersikap atau berperilaku sehingga membentuk perangai,
akhlak, watak, dan sopan santun dalam hidupnya.
Pendidikan budi pekerti pada dasarnya merupakan proses
untuk meningkatan penguasaan pengetahuan tentang etika, norma, moral yang baik
yang sesuai kebiasaan baik yyang tumbuh dalam masyarakat serta menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Puncak keberhasilannya, siswa terampil membedakan
antara yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukannya dengan berpegang teguh
pada nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.
Gerakan penguatan pendidikan karakter (PPK) sebagai bagian
dari budi pekerti yang mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan sekaligus
menyelaraskan seluruh program atau kegiatan pendidikan karakter yang sudah
dilaksanakan pada kegiatan kelas, luar kelas di sekolah, dan luar sekolah
(masyarakat/komunitas); kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler serta melibatan secara serempak warga sekolah, keluarga, dan
masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada pengembangan karakter
siswa,.
Budi pekerti yang baik dapat tumbuh di sekolah apabila sekolah
sebagai lingkungan belajar yang kondusif. Sekolah menjadi tempat siswa
dapat memperoleh pengetahuan dan terampil menerapkan pengetahuan dalam
kehidupan. Dalam interaksi warga sekolah tumbuh pembiasaan hidup yang
berlandaskan norma, etika dan bermoral yang sesuai dengan
tuntunan agama serta nilai-nilai luhur hidup yang tumbuh mendasari
kehidupan bermasyarkat.
Mengapa Budi Pekerti
Kebiasaan baik orang Jepang yaitu menghormati orang lain
sampai berbungkuk-bungkuk adalah model yang sering dibicarakan semua bangsa.
Sikap saling menghargai sudah mendarah daging di dalam jiwa mereka. Cara
menghargai tamu sangat menghargai tamu mereka tanamkan sama kepada siapa pun
yang datang dari seluruh penjuru bumi. Belakangan baru disadari bahwa budi
pekerti yang baik merupakan modal kehidupan yang baik. Mereka kini memetik
keuntungan perdagangan karena itu penghargaan atas pelanggan semakin
diapresiasi banyak pihak.
Kehidupan yang beretika, dilandasi nilai yang luhur
merupakan dambaan semua bangsa untuk dalam mewujudkan rasa aman, tentram, dan
bahagia. Ketentraman dapat bertumbuh dari suasana hidup yang ramah yang dihiasi
dengan senyum, salam, dan sapa di mana pun. Keindahan hidup terwujud mana kala
di antara sesama saling menghargai.
Data itu memperlihatkan bahwa perangai yang baik merupakan
bagian penting dalam mengembangkan kerja sama dalam kehidupan. Karakter baik
tak cuma penting dalam mejalin hubungan baik, namun Jepang dapat mengambil
hikmahnya dari kesantunan mereka, karakter menjadi sumber daya pendukung
kemajuan ekonomi bangsa. Sebaliknya bangsa-bangsa yang mengedepankan
kekerasan dan tak bermoral akan menuai citra buruk yang berdampak pada
perkembangan ekonominya.
Prinsip Pelaksanaan Budi Pekerti
Penumbuhan budi pekerti dapat dimaknai identik dengan
karakter positif siswa sebagaimana yang sekolah harapkan. Pengembangan budi
pekerti, sebagaimana yang dimuat dalam pedoman dari Kemendikbud, berdasarkan
prinsip-prinsip berikut:
1.
Nilai-nilai moral universal seperti
agama, keyakinan, kepercayaan, sosial, dan budaya.
2.
Holistik yang meliputi olahraga,
olahpikir, olahrasa, olahhati, yang dilakukan secara serentak.
3.
Terintegrasi dalam seluruh elemen
pendidikan.
4.
Partisipatif; melibatkan seluruh
pemangku kepentingan.
5.
Kearifan lokal, bertumpu pada
konteks kehidupan, mulai dari yang terdekat.
6.
Kecakapan abad ke-21, seperti
berpikir kritis, gotong royong, kepemimpinan dalam kelompok, dan kesantunan
berkomunikasi.
7.
Adil dan insklusif, menjujung
kebhinekaan, menghargai pemimpin, menghargai guru atau yang lebih tua, dan
menghargai sesama.
8.
Selaras dengan perkembangan peserta
didik.
9.
Terukur
10.
Fokus pada gerakan penggerakan
pendidikan karakter.
Prioritas Pengembangan Budi
Pekerti dalam keluarga
Budi pekerti
perlu jadi prioritas karena saat ini tidak sedikit di kalangan anak-anak sudah mengabaikan
sikap sopan santun mereka kepada orang tua dan orang yang lebih tua. Dalan hal
ini, keluarga selaku tempat pendidikan yang pertama dan utama harus lebih
berperan aktif dalam mengedukasi budi pekerti kepada anak-anak. Dalam
keluargalah sebagai peletak dasar pendidikan karakter.
Nilai budi
pekerti sudah mulai luntur. Padahal, hal itu merupakan fondasi sikap dalam keseharian.
Saya mengalami sendiri, tidak disadari ada anak terang-terangan menunjukkan
sikap tidak sopan santun kepada orang tua. Peran keluarga dalam membentuk
karakter anak-anak melalui pendidikan keluarga yang intensif sangatlah penting.
Apalagi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi terutama tehnologi
informatika, derasnya arus informasi tentu sangat berpengaruh terhadap perkembangan
anak. Hal ini yang harus segera disikapi. Salah satunya dengan menyaring
informasi yang diterima anak-anak, terutama yang bisa berdampak negatif.
Bagaimana Membangun Program
Penguatan Budi Pekerti
Penumbuhan budi pekerti memerlukan dukungan kepemimpinan
dan komitmen seluruh guru pada tingkat satuan pendidikan. Sekolah perlu
membangun kebijakannya yang didukung seluruh pemangku kepentingan.
Kebijakan bersinonim dengan istilah memecahkan masalah. Mengambil keputusan
tentang penguatan budi pekerti berarti memecahkan masalah dengan cara
menentukan kegiatan untuk meningkatkan derajat kesadaran siswa agar dapat
menerapkan nilai-nilai luhur yang sekolah harapkan. Dalam memilih kegiatan
peningkatkan kesadaran siswa, sekolah perlu memperhatikan hal berikut:
1.
Menentukan indikator kompetensi
karakter siswa yang sekolah harapkan dengan cara mendeskripsikan
kompetensi yang harus siswa kuasai. Contoh:
(1) menggunakan bahasa dengan santun,
(2) menghormati tamu,
(3) menghormati guru
(4) saling menghargai antar sesama
(5) berdisiplin waktu dst.
2.
Mendeskripsikan kondisi nyata.
Contoh, masih banyak siswa yang belum terampil berbahasa dengan satun, memberi
perhatian yang baik terhadap tamu, banyak siswa yang kurang menghargai guru,
serta masih banyak siswa yang belum berdisiplin.
3.
Memilih masalah yang paling perlu
untuk diselesaikan. Contoh, setiap hari pada sekolah X selalu ada saja siswa
yang datang tidak tepat waktu, begitu juga dengan guru-gurunya. Kondisi ini
mengiringi kebiasaan kepala sekolah yang tidak selalu hadir di sekolah sebelum
pembelajaran dimulai. Guru-guru yang menjunjung disiplin kesal melihat kondisi
yang terus berkembang seperti itu, namun apalah daya guru-guru, jika
pimpinannya belum menunjukkan keteladanannya. Belakangan tantangan makin rumit,
karena sopan santun tak tertegakkan, sikap saling menghargai nyaris hanya
formalitas, penghormatan tak datang dari ketulusan hati. Dari gejala
tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana mengembangkan
penumbuhan budi pekerti melalui penggerakan peran guru dan kepala sekolah dalam
memberikan teladan kepada siswa agar berperilaku sopan dan santun dalam
berbahasa pada kehidupan sehari-hari?
4.
Selanjutnya sekolah dapat mengubah
masalah menjadi judul kegiatan sebagai alternatif solusi. Misalnya ”
Mengembangkan pergerakan penumbuhan budi pekerti melalui meningkatkan
peran guru dan kepala sekolah berperilaku sopan dan santun dalam berbahasa
sehingga menjadi teladan para siswa dalam kehidupan sehari-hari”
5.
Mengembangkan judul ke dalam
bentuk rencana kegiatan yang lazim dilaksanakan sekolah dengan memperhatikan
latar belakang, masalah, tujuan pelaksanaan kegiatan, indikator pencapaian
kompetensi, strategi pelaksanaan, jadwal kegiatan, instrumen,tim pelaksana, dan
instrumen evaluasi keterlaksasnaan proses dan ketercapaian hasil.
Apa Yang Harus Dikuatkan?
Menjadi orang karakter yang religius, nasionalis,
mandiri, bergotong royong atau berkolaborasi, dan memiliki integritas diri yang
tangguh menjadi sasaran penguatan yang mutlak diperlukan oleh siswa dan
seluruh anggota komunitas sekolah . Sekolah tak boleh gagal dalam menanam,
memupuk, dan memelihara nilai-nilai tersebut dari waktu ke waktu.
Memastikan semua siswa dapat mempraktikan tabiat itu dalam perilaku
sehari-hari.
Untuk menanam itu diperlukan sekolah yang berkarakter
sebagai tempat siswa tumbuh secara alamiah dalam konteks sekolah. Karena itu,
seluruh pemangku kepentingan di sekolah harus menyadari pentingnya membangun
komunitas yang mengamalkan karakter yang memiliki ciri khas yang mereka
sepakati. Caranya senderhana, semua belajar menjadi orang jujur, bertanggung
jawab, disiplin dan karakter lain yang menjadi ciri khas sekolahnya.
Menanam nilai-nilai yang baik menjadi pengetahuan dan
mengubahnya menjadi perbuatan harus menjadi perhatian utama sekolah.
Budaya Sekolah?
Keberhasilan melaksanakan kegiatan penumbuhan budi pekerti
memerlukan waktu yang tidak hanya sesaat. Karena yang penanaman budi memerlukan
dukungan budaya sekolah yang dapat mendukung tumbahnya dasar pengetahuan yang
diinternalisasi sehingga siswa menerima kebenaran pengetahuan yang
dipelajarinya, ditingkatkan menjadi proses perbuatan yang dijalankan secara
terus menerus sehingga membentuk kebiasaan. Lebih dari itu siswa perlu belajar
menghargai nilai-nilai yang diyakini kebenarannya, menghayatinya, dan terus
tumbuh menjadi amal perbuatan yang bernilai.
Kebiasaan sebaik itu memerlukan pengetahuan yang diyakini
kebenarannya, belajar mengamalkannya, dipandu dengan contoh dari sekeliling
hidup siswa sehingga pada akhirnya membentuk kepribadiannya. Pada sekolah
tertentu tabiat baik semacam itu dikembangkan melalui cara berbahasa, sopan
santun terhadap sesama, sampai pada menegakkan disiplin berpakaian.
Bimbingan, teguran, pengarahan yang berulang sangat
diperlukan dalam menegakan budi pekerti yang baik. Kuncinya tak boleh bosan
mengingatkan siswa, tak bosan mengulang memberitahu siswa. Ketika berhenti
mengulang, maka berhentilah proses belajar dan berhentilah proses mendidi.
Karena itu, penguatan budi pekerti pada hakekatnya memerlukan budaya sekolah
yang kondusif. Nilai-nilai religius, nasionalisme, mandiri, gotong royong,
serta integrasitas hanya dapat tumbuh jika kultur sekolah dikembangkan sebagai
tempat yang kondusif untuk menumbuhkan karakter yang diharapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar