Kamis, 08 Maret 2018

PENDIDIKAN BUDI PEKERTI



Pentingnya Pendidikan Budi Pekerti
Oleh : Mas Jay

Apakah Budi Pekerti?
Budi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna alat batin yang merupakan paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Pekerti bermakna perangai/ tabiat/ akhlak/ watak/ tingkah laku/ atau kesopanan.
Berdasarkan batasan itu, budi pekerti bermakna sebagai etika, akhlak, moral, tata nilai yang diyakini kebenarannya sebagai dasar pertimbangan seseorang bersikap atau berperilaku sehingga membentuk perangai, akhlak, watak, dan sopan santun dalam hidupnya.
Pendidikan budi pekerti pada dasarnya merupakan proses untuk meningkatan penguasaan pengetahuan tentang etika, norma, moral yang baik yang sesuai kebiasaan baik yyang tumbuh dalam masyarakat serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Puncak keberhasilannya, siswa terampil membedakan antara yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukannya dengan berpegang teguh pada nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.
Gerakan penguatan pendidikan karakter (PPK) sebagai bagian dari budi pekerti yang mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan sekaligus menyelaraskan seluruh program atau kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan pada kegiatan kelas, luar kelas di sekolah, dan luar sekolah (masyarakat/komunitas); kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler serta melibatan secara serempak warga sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada pengembangan karakter siswa,.
Budi pekerti yang baik dapat tumbuh di sekolah apabila sekolah sebagai lingkungan belajar yang  kondusif. Sekolah menjadi tempat siswa dapat memperoleh pengetahuan dan terampil menerapkan pengetahuan dalam kehidupan. Dalam interaksi warga sekolah tumbuh pembiasaan hidup yang  berlandaskan norma, etika dan bermoral yang sesuai dengan tuntunan agama serta nilai-nilai luhur hidup yang tumbuh mendasari kehidupan bermasyarkat.

Mengapa Budi Pekerti
Kebiasaan baik orang Jepang yaitu menghormati orang lain sampai berbungkuk-bungkuk adalah model yang sering dibicarakan semua bangsa. Sikap saling menghargai sudah mendarah daging di dalam jiwa mereka. Cara menghargai tamu sangat menghargai tamu mereka tanamkan sama kepada siapa pun yang datang dari seluruh penjuru bumi. Belakangan baru disadari bahwa budi pekerti yang baik merupakan modal kehidupan yang baik. Mereka kini memetik keuntungan perdagangan karena itu penghargaan atas pelanggan semakin diapresiasi banyak pihak.
Kehidupan yang beretika, dilandasi nilai yang luhur merupakan dambaan semua bangsa untuk dalam mewujudkan rasa aman, tentram, dan bahagia. Ketentraman dapat bertumbuh dari suasana hidup yang ramah yang dihiasi dengan senyum, salam, dan sapa di mana pun. Keindahan hidup terwujud mana kala di antara sesama saling menghargai.
Data itu memperlihatkan bahwa perangai yang baik merupakan bagian penting dalam mengembangkan kerja sama dalam kehidupan. Karakter baik tak cuma penting dalam mejalin hubungan baik, namun Jepang dapat mengambil hikmahnya dari kesantunan mereka, karakter menjadi sumber daya pendukung  kemajuan ekonomi bangsa. Sebaliknya bangsa-bangsa yang mengedepankan kekerasan dan tak bermoral akan menuai citra buruk yang berdampak pada perkembangan ekonominya.

Prinsip Pelaksanaan Budi Pekerti
Penumbuhan budi pekerti dapat dimaknai identik dengan karakter positif siswa sebagaimana yang sekolah harapkan. Pengembangan budi pekerti, sebagaimana yang dimuat dalam pedoman dari Kemendikbud, berdasarkan prinsip-prinsip berikut:
1.      Nilai-nilai moral universal seperti agama, keyakinan, kepercayaan, sosial, dan budaya.
2.      Holistik yang meliputi olahraga, olahpikir, olahrasa, olahhati, yang dilakukan secara serentak.
3.      Terintegrasi dalam seluruh elemen pendidikan.
4.      Partisipatif; melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
5.      Kearifan lokal, bertumpu pada konteks kehidupan, mulai dari yang terdekat.
6.      Kecakapan abad ke-21, seperti berpikir kritis, gotong royong, kepemimpinan dalam kelompok, dan kesantunan berkomunikasi.
7.      Adil dan insklusif, menjujung kebhinekaan, menghargai pemimpin, menghargai guru atau yang lebih tua, dan menghargai sesama.
8.      Selaras dengan perkembangan peserta didik.
9.      Terukur
10.  Fokus pada gerakan penggerakan pendidikan karakter.

Prioritas Pengembangan Budi Pekerti dalam keluarga
Budi pekerti perlu jadi prioritas karena saat ini tidak sedikit di kalangan anak-anak sudah mengabaikan sikap sopan santun mereka kepada orang tua dan orang yang lebih tua. Dalan hal ini, keluarga selaku tempat pendidikan yang pertama dan utama harus lebih berperan aktif dalam mengedukasi budi pekerti kepada anak-anak. Dalam keluargalah sebagai peletak dasar pendidikan karakter.
Nilai budi pekerti sudah mulai luntur. Padahal, hal itu merupakan fondasi sikap dalam keseharian. Saya mengalami sendiri, tidak disadari ada anak terang-terangan menunjukkan sikap tidak sopan santun kepada orang tua. Peran keluarga dalam membentuk karakter anak-anak melalui pendidikan keluarga yang intensif sangatlah penting. Apalagi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi terutama tehnologi informatika, derasnya arus informasi tentu sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hal ini yang harus segera disikapi. Salah satunya dengan menyaring informasi yang diterima anak-anak, terutama yang bisa berdampak negatif.

Bagaimana Membangun Program Penguatan Budi Pekerti
Penumbuhan budi pekerti memerlukan dukungan kepemimpinan dan komitmen seluruh guru pada tingkat satuan pendidikan. Sekolah perlu membangun kebijakannya yang  didukung seluruh pemangku kepentingan. Kebijakan bersinonim dengan istilah memecahkan masalah. Mengambil keputusan tentang penguatan budi pekerti berarti memecahkan masalah dengan cara menentukan kegiatan untuk meningkatkan derajat kesadaran siswa agar dapat menerapkan nilai-nilai luhur yang sekolah harapkan. Dalam memilih kegiatan peningkatkan kesadaran siswa, sekolah perlu memperhatikan hal berikut:
1.      Menentukan indikator kompetensi karakter siswa yang sekolah harapkan dengan  cara mendeskripsikan kompetensi yang harus siswa kuasai.  Contoh:
(1)  menggunakan bahasa dengan santun,
(2) menghormati tamu,
(3) menghormati guru
(4) saling menghargai antar sesama
(5) berdisiplin waktu dst.
2.      Mendeskripsikan kondisi nyata. Contoh, masih banyak siswa yang belum terampil berbahasa dengan satun, memberi perhatian yang baik terhadap tamu, banyak siswa yang kurang menghargai guru, serta masih banyak siswa yang belum berdisiplin.
3.      Memilih masalah yang paling perlu untuk diselesaikan. Contoh, setiap hari pada sekolah X selalu ada saja siswa yang datang tidak tepat waktu, begitu juga dengan guru-gurunya. Kondisi ini mengiringi kebiasaan kepala sekolah yang tidak selalu hadir di sekolah sebelum pembelajaran dimulai. Guru-guru yang menjunjung disiplin kesal melihat kondisi yang terus berkembang seperti itu, namun apalah daya guru-guru, jika pimpinannya belum menunjukkan keteladanannya. Belakangan tantangan makin rumit, karena sopan santun tak tertegakkan, sikap saling menghargai nyaris hanya formalitas, penghormatan tak datang dari ketulusan hati.  Dari gejala tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana mengembangkan penumbuhan budi pekerti melalui penggerakan peran guru dan kepala sekolah dalam memberikan teladan kepada  siswa agar berperilaku sopan dan santun dalam berbahasa pada kehidupan sehari-hari?
4.      Selanjutnya sekolah dapat mengubah masalah menjadi  judul kegiatan sebagai  alternatif solusi. Misalnya ” Mengembangkan pergerakan penumbuhan budi pekerti  melalui meningkatkan peran guru dan kepala sekolah berperilaku sopan dan santun dalam berbahasa sehingga menjadi teladan para siswa dalam kehidupan sehari-hari”
5.      Mengembangkan judul ke dalam bentuk rencana kegiatan yang lazim dilaksanakan sekolah dengan memperhatikan latar belakang, masalah, tujuan pelaksanaan kegiatan, indikator pencapaian kompetensi, strategi pelaksanaan, jadwal kegiatan, instrumen,tim pelaksana, dan instrumen evaluasi keterlaksasnaan proses dan ketercapaian hasil.

Apa Yang Harus Dikuatkan?
Menjadi orang karakter yang religius,  nasionalis, mandiri, bergotong royong atau berkolaborasi, dan memiliki integritas diri yang tangguh menjadi sasaran penguatan yang mutlak diperlukan oleh siswa dan seluruh anggota komunitas sekolah . Sekolah tak boleh gagal dalam menanam, memupuk, dan memelihara nilai-nilai  tersebut dari waktu ke waktu. Memastikan semua siswa dapat mempraktikan tabiat itu dalam perilaku sehari-hari.
Untuk menanam itu diperlukan sekolah yang berkarakter sebagai tempat siswa tumbuh secara alamiah dalam konteks sekolah. Karena itu, seluruh pemangku kepentingan di sekolah harus menyadari pentingnya membangun komunitas yang mengamalkan karakter yang memiliki ciri khas yang mereka sepakati. Caranya senderhana, semua belajar menjadi orang jujur, bertanggung jawab, disiplin dan karakter lain yang menjadi ciri khas sekolahnya.
Menanam nilai-nilai yang baik menjadi pengetahuan dan mengubahnya menjadi perbuatan harus menjadi perhatian utama sekolah.

Budaya Sekolah?
Keberhasilan melaksanakan kegiatan penumbuhan budi pekerti memerlukan waktu yang tidak hanya sesaat. Karena yang penanaman budi memerlukan dukungan budaya sekolah yang dapat mendukung tumbahnya dasar pengetahuan yang diinternalisasi sehingga siswa menerima kebenaran pengetahuan yang dipelajarinya, ditingkatkan menjadi proses perbuatan yang dijalankan secara terus menerus sehingga membentuk kebiasaan. Lebih dari itu siswa perlu belajar menghargai nilai-nilai yang diyakini kebenarannya, menghayatinya, dan terus tumbuh menjadi amal perbuatan yang bernilai.
Kebiasaan sebaik itu memerlukan pengetahuan yang diyakini kebenarannya, belajar mengamalkannya, dipandu dengan contoh dari sekeliling hidup siswa sehingga pada akhirnya membentuk kepribadiannya. Pada sekolah tertentu tabiat baik semacam itu dikembangkan melalui cara berbahasa, sopan santun terhadap sesama, sampai pada menegakkan disiplin berpakaian.
Bimbingan, teguran, pengarahan yang berulang sangat diperlukan dalam menegakan budi pekerti yang baik. Kuncinya tak boleh bosan mengingatkan siswa, tak bosan mengulang memberitahu siswa. Ketika berhenti mengulang, maka berhentilah proses belajar dan berhentilah proses mendidi. Karena itu, penguatan budi pekerti pada hakekatnya memerlukan budaya sekolah yang kondusif. Nilai-nilai religius, nasionalisme, mandiri, gotong royong, serta integrasitas hanya dapat tumbuh jika kultur sekolah dikembangkan sebagai tempat yang kondusif untuk menumbuhkan karakter yang diharapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar